Rudolf Mrazek Tentang Syahrir

Rudolf Mrazek, lahir di Praha, Cekoslovakia, 18 Juni 1942. Adalah ahli sejarah modern Asia Tenggara, dan khususnya Indonesia yang mengajar pada Departemen Sejarah Universitas Michigan, Ann Arbor, AS.

Karyanya antara lain: Sjahrir: Politics and Exile in Indonesia dalam bahasa Indonesia menjadi Sjahrir: Politik dan Pengasingan di Indonesia (Jakarta: YOI, 1996); Engieers of Happy Land: Perkembangan Teknologi dan Nasionalisme di sebuah Koloni (Jakarta: YOI, 2006).

Sutan Syahrir/ wp

Mrazek dalam buku Sjahrir ini mengisahkan perjalanan hidup Syahrir. Syahrir lahir 5 Maret 1909 di Padang Panjang.  Ketika ia kecil keluarganya pindah ke Jambi, lalu ke Medan. Tahun 1915 ia belajar di ELS (Europesche Largere School/ Sekolah Rendah Eropa); tahun 1923 ia lulus MULO (Sekolah Dasar Lanjutan); tahun 1927 ia sekolah AMS di Bandung, tahun 1929 awal Mei ia lulus,  dan setelah ia menengok kampung halamannya ia kemudian bertolak ke negeri Belanda.

Di negeri itu ia belajar di Fakultas Hukum Universitas Amsterdam. Tahun 1931 ia kembali ke pulau Jawa. Di Batavia ia mengambil alih kepemimpinan golongan muda dan menjadi ketua dewan redaksi majalah pergerakan Daulat Ra’jat, yang berisi tentang pendidikan. Dari Batavia ia bergerak ke Bandung. Seperti telah direncanakan kongres pertama PNI (Pendidikan Nasional Indonesia) diselenggarakan di Bandung antara 23-26 Juni 1932.  Ia menjadi ketuanya.

PNI memiliki Daulat Ra’jat untuk menyebarkan pikiran Syahrir dan Hatta. Seperti yang pernah dipelajari Hatta dan Syahrir di negeri Belanda, bahwa pendidikan menyatakan diri sebagai gerakan yang sesuai pada kaum proletar Indonesia. Untuk mengenalkan Marx Daulat Ra’jat memuat secara bersambung Das Kapital. Hatta memberikan komentar-komentar pikiran-pikiran Marx.

Ketika itu 1932 ada beberapa majalah pendidikan dan pro-pendidikan: Banteng Rakyat di Yogyakarta,      Daulat Ra’jat di Batavia, Api Ra’jat di Surabaya, Marhaen dan Kedaulatan Ra’jat di Bandung.

Walaupun Dewan Hindia mengalami bahwa pendidikan bukan merupakan bahaya, yang langsung, tetapi ia sebagai bahaya laten yang harus ditangani. Pada 25 Februari 1934 polisi menangkap anggota Pendidikan Bandung, juga di Batavia. Hatta dan Syahrir di Cipinang. Kemudian pada tahun 1934-1935 Syahrir di Cipinang, dan 28 Januari 1935 ia bersama Hatta, Bondan dan Burhanuddin dibawa ke Digul. Dari Boven Digul Hatta dan Syahrir dibuang ke Banda Naira (1936-1941). Ketika Jepang mendarat di Ambon  dan mereka dari Banda Naira bertolak ke Jawa.

Di zaman kemerdekaan Sukarno mengatakan bahwa revolusi belum berakhir. Dengan begitu, maka kawan seperjuangan yang tidak sejalan dengan pikirannya tahun 1962 (12 Februari) ditangkap dan dipenjarakan, termasuk Syahrir. Tahun 1963 (bulan April) ia sakit di Rumah Sakit Militer Jakarta, dan ia sempat berbicara dengan Soedjatmoko. Pada saat sakit berikutnya ia diberi izin oleh Presiden untuk berobat ke luar negeri, tapi tidak ke Belanda. Pilihan jatuh ke Swiss.

Pada 9 April 1966 Syahrir meninggal di rumah sakit di Zurich. Ketika sakit ia sempat mengetahui berita tentang peristiwa Gerakan 30 September dari televisi di Jerman. Jenazahnya kemudian dibawa ke Indonesia.

Cbng, 10-10-2021

Tentang farid lu'ay

on history..... "masa kini dan masa lampau akan muncul di masa depan..." ts eliot (the present and the past will appear in the future)
Pos ini dipublikasikan di sejarah dan tag , , , , , , , , . Tandai permalink.

Satu Balasan ke Rudolf Mrazek Tentang Syahrir

  1. luaydpk berkata:

    Terimakasih banyak or thank you very much all blogers… 🙂

Tinggalkan komentar