“Begitulah apa yang terjadi pada masa lalu sehingga jika Barat dan Timur tidak menginsapi sejarah mereka bersama, jika mereka tidak mampu memandang dirinya sebagai suatu bagian dari pihak lain, dan masing-masing menjadi bagian dari suatu kesatuan, maka dialog antara Islam dan Kristen, antara Timur dan Barat hanya akan merupakan dialog antara dua orang yang sakit.
Perang tidak pernah menyelesaikan permasalahan. Sebaliknya, perang menimbulkan permasalahan. Karena masalah-masalah itu didasarkan atas pemikiran -pemikiran yang keliru, maka dengan sendirinya masalah-masalah tersebut tak dapat dipecahkan. Adapun yang mengenai Islam, penyerbuan Bonaparte ke Mesir pada tahun 1798 telah menimbulkan problema hubungan antara modernisme dan tradisi, dengan cara yang sangat jelek.
Sudah menjadi anggapan umum dalam sejarah kita bahwa masuknya Napoleon ke Mesir menjadi permulaan dan renaissance-nya dunia Arab Islam; dalam Islam yang sudah berabad-abad bertekuk lutut di bawah kezaliman Turki yang telah memberlakukan pemikiran dan tindakan, telah terbuka suatu lubang, suatu perspektif pembaruan atau modernisme.
Dengan cara penyajian yang begini, telah terjadi suatu campur aduk yang fatal (yang akibatnya masih terasa sampai saat ini) antara modernisasi dan westernisasi, bukan saja modernisme berarti Barat, akan tetapi merupakan Barat dalam arti yang terjelek yaitu kekuasaan dan kekuatan militer.”
Roger Garaudy, filosof Prancis
Depok, 31-10-2019