Kritik Dr. Ramadhan al-Buti terhadap orientalis Gibb

“Kita tidak bisa menolak sama sekali pemikiran tentang adanya bukti-bukti kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam yang beraneka ragam, seperti fenomena wahyu, mukjizat al-Qur’an, dan fenomena kesucian dakwahnya dengan dakwah para Nabi terdahulu bersama sejumlah sifat dan akhlaqnya, hanya kita harus menerima hipotesis bahwa Muhammad bukan Nabi.

Perlu diketahui bahwa orang-orang yang mengeluarkan tuduhan semacam ini tidak memiliki bukti dan dalil-dalil sama sekali. Mereka hanya mengemukakan lontaran-lontaran pemikiran yang tidak ilmiah sama sekali.

Jika Anda memerlukan contohnya, bacalah buku Sistem Pemikiran Agama yang ditulis oleh seorang orientalis Inggris terkenal bernama HAR Gibb. Dalam buku ini, Anda dapat mencium fanatisme buta terhadap orang-orang tersebut, fanatisme aneh yang saling mendorong seseorang untuk menghindari faktor-faktor kehormatannya sendiri dan berlagak bodoh terhadap segudang dalil dan bukti yang nyata, hanya supaya tidak memaksanya untuk menerimanya.

Sistem pemikiran di dalam agama, menurut pandangan Gibb, tidaklah berbeda dengan berbagai kepercayaan pemikiran-pemikiran transendental yang ada dalam diri bangsa Arab. Muhammad telah merenungkannya kemudian mengubah bagian-bagian yang diubahnya. Untuk hal-hal yang tidak dapat dihindarinya, dia telah menutupinya dengan “kain” agama Islam. Ia juga tidak lupa dengan mendukungnya dengan suatu kerangka pemikiran dan sikap-sikap agama yang cocok. Di sinilah dia menghadapi kemuskilan besar. Dia ingin membangun kehidupan agama ini bukan hanya untuk bangsa Arab, melainkan untuk semua bangsa dan umat. Karena itu, dia tegakkan agama ini dalam sistem al-Qur’an. Itulah inti pemikiran Gibb di dalam bukunya tersebut. Jika Anda baca bukunya dari awal sampai akhir, Anda tidak akan menemukan suatu argumen pun yang dikemukakannya. Jika Anda perhatikan pendapat yang dilontarkannya, Anda tidak meragukan lagi bahwa pada waktu menulis, dia telah membesituakan segala potensi intelektualnya dan sebagai gantinya, dia gunakan daya khayalnya sepuas-puasnya.

Tampaknya, ketika menuliskan pengantar terjemahan Arabnya, dia telah membayangkan bagaimana para pembaca akan menyerang pemikiran-pemikirannya yang telah menghina Islam tersebut. Karena itu, ia berkelit dengan mengatakan, “Sesungguhnya, pemikiran-pemikiran yang terkandung dalam buku ini bukanlah hasil pemikiran penulis, melainkan pemikiran yang sebelum ini telah dikemukakan oleh para pemikir dan kaum Muslimin yang terlalu banyak untuk kemukakan di sini. Akan tetapi, cukup saya sebutkan salah seorang di antara mereka, yaitu Syekh Syah Waliyullah ad-Dahlawi.

Gibb kemudian mengutip suatu nash dari kitab Syekh Syah Waliyullah ad-Dahlawi, Hujjatullah al-Balighah (1: 122). Tampaknya, dia menyangka tak seorang pun dari pembaca akan memerika teks kitab tersebut lalu dengan sengaja dia ubah dan palsukan. Berikut teks yang telah diubah dan dipalsukan oleh Gibb.

“Sesungguhnya, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam diutus dalam suatu bi’tsah yang meliputi bi’tsah lainnya. Yang pertama kepada bani Israel. Bi’tsah ini mengharuskan agar materi syariatnya berupa syiar-syiar cara ibadah dan segi-segi kemanfaatan yang ada pada mereka. Hal ini karena syariat hanyalah merupakan perbaikan terhadap apa yang ada pada mereka, bukan pembebanan dengan sesuatu yang tidak mereka ketahui sama sekali.” (Gibb, h. 58)

Padahal teks yang terdapat di dalam Hujjatullah al-Balighah secara utuh adalah sebagai berikut:

“Ketahuilah bahwa Nabi Muhammad diutus dengan membawa hanifiyah Isma’il untuk meluruskan kebengkokannya, membersihkan kepalsuannya, dan memancarkan sinarnya. Firman Allah, Millah orang tuamu Ibrahim. Karena itu, dasar-dasar millah tersebut harus diterima dan sunnah-sunnahnya harus ditetapkan. Hal ini karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam diutus pada suatu kaum yang masih terdapat pada mereka sisa sunnah yang terpimpin. Jadi, tidak perlu mengubahnya atau menggantinya, bahkan wajib meletakkannya karena hal itu lebih disukai oleh mereka dan lebih kuat bila dijadikan hujjah atas mereka. Anak-anak keturunan Isma’il mewarisi ajaran bapak mereka (Isma’il)”   

(Sirah Nabawiyah, h. 26-28)

4-7-2021

Tentang farid lu'ay

on history..... "masa kini dan masa lampau akan muncul di masa depan..." ts eliot (the present and the past will appear in the future)
Pos ini dipublikasikan di sejarah dan tag , , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar