Jamaluddin al-Afghani, Pemikir-Pejuang

jamaluddin al afghani/ wk

“Ia ahli bahasa yang sempurna, yang menguasai berbagai bahasa dari bangsa beragama Islam di dunia, yang kefasihannya berbicara diakui, yang merasuk hati. Jiwa yang tidak mau diam itu selalu mengembara dari negara Islam yang satu ke negara Islam lain untuk mempengaruhi orang-orang penting di Iran, Mesir, dan Turki.” Muhammad Iqbal

Ketika dunia Muslim masuk dalam cengkeraman penjajahan barat tampil seorang pembaru dengan pemikiran yang tajam di abad ke-19. Ia berjuang dan mengingatkan kaum Muslim untuk bangkit dan  melawan. Ia melakukan perjalanan dari satu wilayah muslim ke wilayah lainnya. Dialah Jamaluddin al-Afghani.

Jamaluddin al-Afghani dilahirkan pada tahun 1838 di Abadabad, wilayah Afghanistan. Ayahnya bernama Safdar, keturunan Sayed Ali al-Tirmizi, yang kemudian pindah dan menetap di Kabul. Pada umur 8 tahun ia telah menunjukkan kecerdasannya yang luar biasa. Selagi belum mencapai usia 18 tahun ia telah menguasai berbagai cabang ilmu Islam, termasuk filsafat, hukum, sejarah, metafisika, kedokteran, sains, mistik, astronomi, dan astrologi. Pengetahuannya ensiklopedik.

Setelah ia membekali diri secara sempurna dengan berbagai disiplin ilmu Timur dan ilmu Barat, ia memulai misi untuk membangkitkan kembali dunia Islam yang tenggelam dalam keterpurukan.

Afghani mula-mula berkelana ke India. Ia memulai dengan mempengaruhi orang-orang yang berhubungan dengannya. Pada saat itu India dalam prahara. Kekuasaan asing mengangkangi negeri India. Mereka bertindak kejam kepada kaum pribumi. Pada tahun 1857 terjadi perlawanan dan perang kemerdekaan pertama di India. Ketika pemberontakan terjadi di India ia berada di Makkah beribadah haji.

Lalu ia kembali ke kota Kabul dan disambut penguasa Afghanistan, Dast Muhammad. Di Afghanistan ia memiliki pengaruh di kalangan cendekiawan dan warga biasa. Namun setelah penguasa itu meninggal Afghani tidak disukai karena ide-idenya. Ia pun pergi dari Kabul dan untuk sekali lagi ia beribadah haji.

Namun ia tidak diperkenankan dengan jalan darat, melalui Persia, hingga ia melewati dan masuk India lagi tahun 1869. Di India ia dilarang bertemu dengan para pemimpin India. Rezim pendudukan memberangkatkan ia dengan kapal laut melalui Suez. Ia tiba di Kairo. Di kota ini ia bertemu dengan para intelektual dan pelajar al-Azhar. Mereka langsung terkesan dengan ilmu dan kesarjanaan Afghani. Di antara berbagai gagasan progresifnya yang sangat berpengaruh di kalangan cendekiawan Mesir terdapat pada diri Muhammad Abduh.

Yang semula ia akan pergi ke Makkah tidak diteruskan, namun Afghani melakukan perjalanan ke Istambul, Turki. Lagi, wawasan ilmiahnya membuatnya popular di kalangan cendekiawan Turki. Ia berceramah di Universitas Istambul. Dalam satu ceramahnya menimbulkan keberatan pada sebagian mereka sehingga memaksa pemerintah Ottoman memerintahkannya untuk meninggalkan kota itu. Ia tahun 1871 kembali lagi ke Mesir.

Di negeri Mesir ia begitu popular dan mendapatkan penghormatan dari kaum terpelajar atas wawasan ilmiahnya. Ia berada di negeri itu selama sekitar 8 tahun. Tetapi Mesir yang kala itu dalam cengkeraaman penjajah Inggris mengusirnya.

Tahun 1879 ia meninggalkan Kairo dan sampai di Hyderabad Deccau, India. Di kota ini ia menulis risalahnya yang terkenal, Risalah fi ibthali madzhahib dahriyyin (Pembuktian Kesalahan Kaum Matrialis), yang menimbulkan gejolak di kalangan kaum matrialis. Buku Afghani mengeritik teori Darwin, evolusionisme, dan memperingatkan bahwa teori itu menimbulkan gelombang ateisme di dunia barat. Paham evolusionismenya terus berkembang  dan ateisme pun turut berkembang.

Darwinisme mengatakan bahwa tidak ada wujud di alam ini, kecuali wujud hakikat kebendaan (materi). Semua yang ada dalam kehidupan ini tidak lain adalah sebagai suatu refleksi fenomena dari hakikat kebendaan itu, hingga pada masalah pemikiran dan perasaan yang bersifat psikologis.

Ia memperingatkan bahwa paham itu berbahaya, yang di India menamakan diri dengan neicheris, atau naturalisme, bukan karena menentang agama, tapi bagi kesatuan dan kekuatan kaum muslim. Selain itu penggerak dan pembawa paham itu berasal dan berbaju muslim, yang disadari atau tidak membuat lemahnya umat Islam India dalam hal aqidah ataupun integritas umat. Kelompok itu dipimpin oleh Ahmad Khan. Dalam artikel-artikelnya Khan menafsirkan al-Qur’an dengan akal, agar sesuai dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan. Selain itu ia dianggap memihak Inggris dan ia ingin rakyat India mengikuti budaya bangsa penjajah itu.

Di London dan Paris

Di kota London Afghani sempat bertemu dengan Herbert Spenser. Ia bertukar pikiran dengannya, mengenai dunia Timur dan kejahatan penjajah. Spenser bertanya kepada Afghani tentang definisi keadilan, dan dijawabnya, bahwa keadilan adalah apabila kekuatan-kekuatan yang ada telah seimbang. Jawaban itu dimaksudkan untuk menyinggung, tentang keberadaan Inggris di Mesir.

Selama di London ia merasakan keganjilan. Meskipun di sana ada kebebasan, untuk menyampaikan pendapat dan pikiran, namun apa artinya suatu kebebasan jika ia sendiri tidak bisa berbicara langsung kepada pengikut-pengikutnya? Pikiran di benaknya semakin berkecamuk. Ia lalu pergi ke Paris.

Di Paris Afghani memanggil Muhammad Abduh yang dalam pengasingan di Beirut untuk pergi ke kota itu. Di kota itu Abduh mengajukan ide tentang mendidik kader-kader pembaru. Namun Afghani tak sepakat, sebab ia lebih fokus pada pemikiran dan politik, juga jauh dari pengikutnya. Namun kemudian disepakati bersama Afghani yang menuangkan ide-ide dan Abduh menuliskannya. Mereka lalu menerbitkan majalah al-Urwatul Wusqa (tali penyambung). Majalah ini sebagai media Afghani untuk memberikan pesan kepada dunia Timur tentang perlunya kaum Muslim bersatu menghadapi musuh kaum penjajah, optimis dalam perjuangan, tetap berpegang pada prinsip-prinsip dasar agama Islam sebagaimana para pendahulu yaitu suatu ideologi yang merupakan kekuatan, membela tuduhan yang ditujukan kepada bangsa Timur dan kaum Muslim khususnya, menjelaskan tentang taktik politik dan permainan politik penjajah barat, memperkokoh solidaritas kaum Muslim dan bangsa Timur, dan membuka sebab-sebab mereka lemah dan menggali kekuatan spiritual mereka.

Edisi pertama al-Urwatul Wusqa terbit berbahasa Arab tanggal 13 Maret 1884. Setelah edisi kedelapan belas tidak terbit lagi. Namun majalah itu mampu mengoncangkan dunia Islam. Penjajah Inggris memboikot majalah itu untuk masuk ke Mesir dan India.

Selama di kota itu Afghani juga bertemu dan bertukar pikiran dengan Renan. Kedua tokoh itu berdebat, tentang isi ceramah Renan di Sorbone. Bebarapa lama setelah isi ceramah Renan beredar di antaranya, bahwa Islam dari aspek sejarah perkembangannya bertentangan dengan ilmu pengetahuan dan pembawaan kodrati bangsa Arab tidak cocok dengan semangat ilmu pengetahuan dan filsafat. Lalu Afghani menanggapi poin-poin yang dikatakan Renan. Setelah Afghani memberikan jawaban dengan argumen-argumen kuat, Renan akhirnya mengakui, bahwa kaum Muslim selama tahun 775 hingga abad ke-13 telah melahirkan banyak pemikir ulung. Dunia Islam ketika itu mengungguli Kristen dalam bidang ilmu pengetahuan.

Jamaluddin al-Afghani sejak muda belajar dan berjuang, dan ia pergi ke berbagai negeri, serta menyebarkan pikiran-pikirannya. Ketika berada di Istambul ia pun membuka Majelis Ilmu, setelah pengawasan atasnya dilonggarkan penguasa sebab ia lebih memusatkan perhatian pada sastra, filsafat dan kebudayaan, di mana para tokoh datang ke tempatnya untuk berdiskusi dan bertanya, di antaranya Amir Syakib Arselan.

Al-Afghani telah tiada, tetapi pikiran-pikirannya masih tetap menjadi inspirasi para pejuang di dunia Muslim, tentang persatuan, perjuangan, optimisme dan pan Islamisme.

Afghani tentang kolonialime barat

“Tidak satu negeri Barat pun yang mengetuk pintu negeri Timur, kecuali dengan alasan untuk menjamin hak kelangsungan rajanya, atau untuk memadamkan pemberontakan kepada raja itu, atau alasan membantu pelaksanaan butir-butir undang-undang serta alasan yang dibuat-buat lainnya. …

Janji-janji di atas membuat bangsa Timur semakin asyik bermimpi dalam pelukan Barat. Tiap saat berusaha mempersembahkan ketaatannya dan penghormatannya kepada musang penjajah berbulu ayam. Bangsa Timur berlomba untuk memenangkan restu bangsa Barat itu, dan selalu berharap dengan bangga untuk melaksanakan perintahnya. Mereka mengira bahwa, bangsa Barat akan memenuhi janji manisnya. …

Begitulah pikiran apa yang ada di benak bangsa Timur. Sedangkan apa yang dilakukan bangsa Barat, adalah suatu rencana masak, disimpan dalam koper yang telah sengaja dibawa dari negeri mereka. Kemudian mereka mencatat dengan rapi dalam buku bangsa Timur adalah bangsa malas, bodoh, fanatik, tanahnya subur, kekayaan alamnya melimpah dan merupakan proyek besar dan udaranya nyaman. Maka…… kamilah bangsa Barat lebih berhak untuk menikmati semua itu. Dan untuk dapat meraih itu semua, diperlukan rencana sebagai berikut;

1. Menjauhkan setiap tokoh yang diperkirakan akan mampu membangkitkan perlawanan untuk menentang kehadiran penjajah.

2. Mendekati dan merangkul pihak yang bisa diajak berkompromi, dan pihak yang tidak memiliki kepedulian kepada negerinya, karena mempertimbangkan untung rugi pribadi.

3. Mempraktekkan politik ”memecah belah dan menguasai” (devide et impera), sehingga masing-masing golongan akan saling hantam dan berpecah belah.

Negeri penjajah apabila melihat bahwa kekuasaan telah berada di tangan penguasa diktator yang melumpuhkan kekuatan rakyat, berarti telah tiba saatnya untuk mengail ikan dalam air keruh, baik dengan kekuatan militer, ekonomi atau bujuk rayu dan tipu daya.” (Mustolah Maufur, MA., h. 82)

———-

Sumber: Jamil Ahmad, 2009; Mustolah Maufur, MA., 1991.

10-1-2023

Iklan

Tentang luaydpk

on history..... "masa kini dan masa lampau akan muncul di masa depan..." ts eliot (the present and the past will appear in the future)
Pos ini dipublikasikan di sejarah dan tag , , , , , , , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s