RM Tirto Adhi Seorjo, yang lahir tahun 1875 dan meninggal 17 Agustus 1918, sebagai tokoh pers Indonesia. Setelah lulus ELS ia tinggalkan Rembang dan menuju Batavia untuk melanjutkan pendidikannya di STOVIA. Di kota Betawi ia bisa lebih bebas dari semua ikatan dan aturan keluarga priyayi. Ia mulai aktif dalam dunia pers, semula pada Chabar Hindia Olanda, lalu Pembrita Betawi.
Ia menulis karya jurnalistik dan fiksi. Dalam dunia jurnalistik ia banyak mengungkap mengenai kaum pribumi pada masa pemerintah kolonial Belanda. Di bawah kekuasaan kolonial kehidupan kaum pribumi sangat menderita, sehingga ia ungkapkan dalam tulisan-tulisannya. Dengan tulisan – tulisannya itu diharapkan akan tumbuh kesadaran pada kaum pribumi untuk memperjuangkan kemerdekaan.
Karya jurnalistiknya dalam Medan Prijaji, 1909, Th. III:
“Di jaman Banten masih diperintah sendiri oleh Sultan, maka jika ada orang berdosa, dibuang ke Lampung. Begitulah maka pemadat-pemadat selalu disingkirkan ke Lampung karena terlarang keras orang Banten makan atau menghisap madat. Setelah kesultanan Banten jatuh, maka tanah Lampung bukan saja menjadi tempat pembuangan. 50 tahun yang sudah, nyata dalam karangan Multatuli yang beralamat Max Havelaar, bahwa tanah Lampung sudah menjadi tempat pembuangan sukarela untuk orang-orang teraniaya oleh pijitan dan perasaan.
Apa yang diceritakan Multatuli kurang lebih 50 tahun yang lalu itu tidak saja benar, hal-hal serupa atau lebih dari itu juga masih terdapat pada masa ini.”
Juga Adhi menulis karya fiksinya berupa cerita bersambung dalam Pembrita Betawi, mulai 17 April 1902 hingga 11 Juli, terdiri 32 terbitan berjudul Pereboetan Seorang Gadis.
—–
Sumber: Pramudya Ananta Toer, 1985.
5-1-2023