“Bagi Barat, sejarah secara umum berarti suatu perjalanan dan evolusi dari berbagai masyarakat yang diberi lebel ‘primitif’ menuju masyarakat terindustrialisasi, urbanisasi, dan ‘canggih’. Berbagai gelombang dan siklus mungkin menunda, namun tidak menghentikan gerak langkah sejarah. Karenanya sejarah merupakan kemenangan individual, titik puncak pencapaian manusia untuk menguasai lingkungan mereka. Kesadaran akan suatu perjalanan, perkembangan dan perbaikan merupakan suatu bagian integral dari cara pandang ini.
…perspektif muslim terhadap sejarah berakar pada masa-masa awal Islam. Pada suatu pandangan ini terdapat iman. Pada masa awal-awal Islam, muslim percaya dengan sepenuh keimanan dan keyakinan; mereka begitu bersemangat untuk menyebarkan kalimat-kalimat Tuhan, dan Tuhan memberikan kepada mereka kemenangan-kemenangan yang jarang tandingannya di dalam sejarah. Sejarah bagi Muslim adalah upaya untuk hidup dengan nilai-nilai Islam semaksimal mungkin. Upaya inilah yang menciptakan berbagai ritme dan tegangan pada sejarah dan masyarakat Muslim; ia juga menyebabkan kebangkitan dan keruntuhan berbagai dinasti. Sejarah karenanya merupakan sebuah beban dan kadang-kadang sumber inspirasi. Tetapi karena sejarah tidak pernah jauh dari kehidupan Muslim, ia memungkinkan Muslim menanggung kegagalan-kegagalan nasib. Sejarah memungkinkan mekanisme optimisme yang inheren; sebab jika ada kegagalan di waktu sekarang maka pasti—pada saat Muslim kembali hidup berdasarkan nilai-nilai Islam—akan ada kemenangan esok hari”. Akbar S Ahmed
14-4-2022
(Various waves and cycles may delay, but do not stop the march of history. Hence history is the triumph of the individual, the culmination of man's attainment of mastery of their environment. History allows for an inherently optimistic mechanism; because if there is failure today then surely—when Muslims return to living based on Islamic values—there will be victory tomorrow.)