Agus Salim, Manusia Bebas Merdeka

Agus Salim lahir 8 Oktober 1884 di Kota Gadang, Sumatra Barat – wafat 4 November 1954 di Jakarta. Ia mendapat pendidikan Belanda dan juga dari ayahnya, Sutan Salim. Ia tamat HBS tahun 1898. Setamat HBS ia bekerja pada konsulat Belanda di Jedah, antara tahun 1906-1911. Ketika di kota itulah ia belajar bahasa Arab dan mempelajari Islam secara mendalam. Di sana ia belajar kepada Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi.

Agus Salim bukan saja seorang orator, namun ia juga penulis yang penanya tajam. Pada tahun 1925 ia ditawari untuk menjadi pemimpin Hindia Baru, dan ia menerima dengan syarat, bahwa ia menulis penuh kebebasan. Ia bertugas mengisi tajuk rencana dan mimbar Jum’at. Namun, setelah beberapa lama kemudian, karena kritik-kritiknya yang tajam kepada pemerintah Belanda tidak sejalan dengan pemiliknya. Mereka meminta kepada Agus Salim untuk mengurangi kritiknya. Dengan permintaan itu, ia langsung meletakkan jabatan sebagai pemimpin redaktur harian itu.

Ia mendidik anak-anaknya sendiri. Anak-anaknya tidak disekolahkan di sekolah formal seperti anak-anak seusianya. Anak-anaknya mendapatkan pelajaran bahasa asing, seperti Belanda, Inggris, Prancis dsb. Mereka dari kecil sudah mampu berbicara bahasa itu.

Ia menuasai banyak bahasa dan luas wawasan keilmuwannya sehingga dalam diskusi ia menguasai masalah. Ia pernah menjadi dosen tamu di Universitas Cornell, AS. Ketika Salim dan Ngo diundang ke kediaman Prof. G Kahin ia sudah asyik berdebat dengan Ngo Dinh Diem, Vietnam (menjadi PM negerinya) dalam bahasa Prancis dan membuat Ngo hanya menjadi pendengar. (Adam, h.8)

Dalam berpolitik Agus Salim mempunyai pendirian non-kooperatif. Begitupun dengan kebudayaan Barat. Ketika ia pada tahun 1925 diminta menjadi penasehat Jong Islamiten Bond (JIB) oleh Samsulrijal. Ia melontarkan pikirannya bahwa umat Islam tidak boleh mengikuti kebudayaan Barat. Ia ingin umat Islam mampu melepaskan diri dari pengaruh budaya Barat. Agar umat Islam berpegang teguh pada ajaran Islam, sehingga mampu berdiri tegak dan menjadi tuan di negeri sendiri.

Saat Belanda datang kembali menjajah, ibukota Republik Indonesia pindah ke Yogyakarta pemerintah RI mengutus H Agus Salim dan H M Rasyidi sebagai sekretaris untuk misi diplomatik ke negara-negara Arab.

Indonesia, 5 Mei 2015

Sumber

1. Taufik Abdullah dkk., Manusia Dalam Kemelut Sejarah, (Jakarta: LP3ES, 1994).

2. Asvi Warman Adam, Membongkar Manipulasi Sejarah, 2009

3. 100 tahun Agus Salim, dll

4. Hamka, Ayahku

Iklan

Tentang luaydpk

on history..... "masa kini dan masa lampau akan muncul di masa depan..." ts eliot (the present and the past will appear in the future)
Pos ini dipublikasikan di Belajar Sejarah dan tag , , , , , , , , , , , . Tandai permalink.

2 Balasan ke Agus Salim, Manusia Bebas Merdeka

  1. salgadd berkata:

    Mashaa Allah..
    Beliau adalah seorang muslim pemberani, pahlawan pertama yang dimakamkan di taman makam Pahlawan Kalibata

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s