Azra mengulas mengenai perkembangan historiografi Indonesia, secara kuantitatif dan kualitatif. Ia mengatakan, bahwa banyak muncul karya sejarah, baik yang ditulis sejarawan Indonesia maupun sejarawan luar. Karya-karya tersebut memberikan sumbangan yang berarti bagi pemahaman yang lebih akurat terhadap sejarah Indonesia. Dari segi kualitas, karya-karya tersebut mengalami peningkatan, dengan penggunaan metodologi yang semakin kompleks, dengan menggunakan ilmu bantu, seperti humaniora dan ilmu-ilmu sosial.
Ilmu-ilmu bantu yang digunakan dalam penulisan sejarah Indonesia telah memperkuat dan mengembangkan corak baru, yang oleh kalangan sejarawan Indonesia, disebut sebagai “sejarah baru”, untuk membedakan dengan sejarah lama. Sejarah lama umumnya bersifat deskriptif-naratif, yang cenderung kepada “sejarah politik”. Namun “sejarah baru” sebagai alternatif dari sejarah lama, dipahami sebagai “sejarah sosial”, yaitu sejarah yang menekankan kepada analisis terhadap berbagai faktor dan bahkan ranah-ranah sosial yang mempengaruhi terjadinya peristiwa sejarah.
Sejarah sosial di Indonesia dikenalkan oleh sejarawan Sartono Kartodirjo pada tahun 1980-an, terutama mendasarkan pada karyanya tentang pemberontakan petani Banten pada 1888 pada zaman kolonial Belanda. Namun, kata Azra, kajian-kajian sejarah yang dilakukan Sartono termasuk ke dalam pengertian lama mengenai “sejarah sosial”, yang mengacu pada arti sejarah tentang masyarakat kelas bawah. Dalam perkembangan selanjutnya, “sejarah sosial” tidak hanya sekedar yang berkaitan dengan gerakan-gerakan sosial, namun adat istiadat dan kehidupan sehari-hari diikutsertakan. Contoh terbaik jenis ini mengacu kepada karya Anthony Reid, Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680: Tanah di Bawah Angin, ( 2 jld.)((1993) dan Denys Lombard, Nusa Jawa: Silang Budaya,(3 jld.) (1996).
Sementara dalam karya sejarahnya Jaringan Ulama Azyumardi Azra mengulas mengenai adanya jaringan antara ulama kawasan Arab (wilayah barat tengah) dengan ulama Nusantara (wilayah timur). Transmisi keilmuan tersebut mempengaruhi perkembangan intelektual di Nusantara, mulai dari Hamzah Fansuri, Ar-Raniri, As-Singkili, Nawawi al-Bantani, untuk menyebut beberapa. Mereka banyak menghasilkan karya tulis.
Sumber:
Historiografi Islam Kontemporer (Jakarta: Gm,2006).
Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII-XVIII (1994)
Luay, apa bedanya history, historiologi dan historiografi? Maaf bertanya, saya ingin belajar tentang ini.
Seingat saya, sudah tak buka2 lagi buku2 lama, ‘history’ itu sejarah dalam pengertian peristiwa yang dikisahkan, ‘historiology’ secara harfiah ilmu sejarah, dan ‘historiografi’ adalah sejarah penulisan sejarah, jadi bagaimana para sejarawan menulis sejarah dikisahkan secara runut. Kata history sendiri memiliki asal usul…dst
thank you all for liking this writing