Merdeka artinya bebas. Berkaitan dengan 17 Agustus 1945 kita telah terbebas dari penjajahan Belanda dan Eropa lainnya. Tanggal itu baru sebatas pernyataan dengan proklamasi kemerdekaan. Namun kenyataannya (de facto) perjuangan fisik dan diplomasi masih terus dilakukan. Belanda masih menjajah dan kerajaan Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia baru pada tahun 1949 (de jure).
Kita sekarang yang menikmati kemerdekaan hasil perjuangan para pahlawan bangsa. Mereka telah berusaha dengan mengorbankan harta, pikiran, tenaga dan bahkan jiwa. Hasil jerih payah mereka terukir dalam sejarah Indonesia.
Banyak dari pahlawan Muslim ketika dalam perjuangan fisik tidak lupa untuk selalu dekat dengan Allah swt, dengan mengumandangkan takbir (ﷲ ﺍﻛﺒﺮ ) seperti Bung Tomo dan Jenderal Sudirman yang selalu membaca karya KH Moenawar Khalil. Agama Islam bagi mereka menjadi motivasi dalam berjuang untuk melawan kaum penjajah Belanda, yang bersama penjajahan itu misi kaum Nasrani tersebar.
Saat ini kita harus tetap berjuang. Namun, perjuangan saat ini adalah perjuangan dalam bentuk lain, agar bangsa ini menjadi bangsa yang cerdas melalui pendidikan dan mandiri secara ekonomi dengan pemberdayaan ekonomi yang didukung oleh pemerintah.
Perjuangan dalam bentuk itu memerlukan kesungguhan kita sebagai bangsa. Jika perjuangan itu berhasil, maka dampaknya adalah kesejahteraan masyarakat yang merata. Namun, bila perjuangan itu gagal, bangsa ini akan menjadi bangsa yang kalah dalam kompetisi dan dihinakan oleh bangsa-bangsa lain.
Kita saat ini berharap kepada pemerintah juga wakil rakyat untuk bersungguh-sungguh memikirkan bangsa ini ke depan, dan tidak layak bagi mereka mementingkan diri dan golongan sendiri. Sebab mereka diberi amanah oleh rakyat Indonesia untuk melaksanakan sila-sila dalam Pancasila, dari sila pertama hingga sila terakhir, yakni “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Pertanyaannya adalah, apakah sila-sila itu sudah terwujud semuanya? Mungkin sebagian sudah terwujud, namun banyak pula yang belum terwujud. Yang sudah terwujud terus ditingkatkan dan yang belum menjadi kenyataan harus kita perjuangkan agar bangsa ini terbebas dari penjajahan bentuk baru.
Berjuang dalam bahasa Arab disebut jihad. Jihad memiliki arti beragam bergantung pada konteksnya. Jihad tidak hanya berarti perang melawan musuh secara fisik, tapi lebih dari itu. Ketika Rasululah saw pulang dari perang Badar, perang yang dahsyat, beliau bersabda:
ﺭﺟﻌﻨﺎﻣﻦﺍﻟﺠﻬﺎﺩﺍﻻﺻﻐﺮﺍﻟﻰﺍﻟﺠﻬﺎﺩﺍﻻﻛﺒﺮ٫ﺟﻬﺎﺩﺍﻟﻨﻔﺲ
Kita kembali dari jihad terkecil menuju jihad terbesar, yakni jihad melawan hawa nafsu.
Dan di dalam al-Qur’an banyak bertebaran kata-kata jihad, di antaranya
ﻗﺎﻝﺍﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ٫ ﻭﺟﺎﻫﺪﻭﺍ ﻓﻰﷲ ﺣﻖ ﺟﻫﺎﺩﻩ ﴿ ﺍﻟﺣﺎﺝ ﴾٧٨
“Berjihadlah di (jalan) Allah dengan sebenar-benarnya jihad”. (Al-Hajj: 78)
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. ”(QS Al-Baqarah: 190)
Pengertian jihad tidak terbatas hanya melawan musuh dengan senjata dan hawa nafsu. Namun, masih ada pengertian yang lain, yaitu berjuang memberantas kebodohan, kemiskinan, penyakit dan sebagainya. Jadi, berjihad sesuai dengan peran masing-masing, sebagai dokter, ilmuwan , pendidik, pedagang, petani atau da’i.
Marilah kita berjuang di jalan Allah sesuai dengan peran kita saat ini dengan sungguh-sungguh hingga tercapai apa yang kita cita-citakan, keadilan dan kesejahteraan. Dan memasuki bulan Ramadhan semoga kita dapat mempersiapkan diri kita dengan baik.
Lu’ay