وَقَالُواْ مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا ٱلدُّنۡيَا نَمُوتُ وَنَحۡيَا وَمَا يُهۡلِكُنَآ إِلَّا ٱلدَّهۡرُۚ وَمَا لَهُم بِذَٰلِكَ مِنۡ عِلۡمٍۖ إِنۡ هُمۡ إِلَّا يَظُنُّونَ
“And they say, “There is not but our worldly life; we die and live, and nothing destroys us except time.” And they have of that no knowledge; they are only assuming.” (QS al-Jatsiyah 24)
“Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (QS al Jatsiyah 24)
Semua agama menginformasikan bahwa ada kehidupan setelah mati. Namun, mengenai bagaimana kehidupan itu dijalani berbeda-beda. Ini terjadi karena sumber informasinya yang juga berbeda.
Mengenai kehidupan setelah mati tidak dapat diteliti melalui laboratorium sebab hal itu bukan wilayah akal dan dunia fisik. Sejak dahulu orang yang telah pergi (mati) tidak pernah kembali. Jika ada dari mereka yang kembali, tentu bisa dimintai keterangan mengenai bagaimana kehidupan ‘di sana’. Itu artinya alam “di sana’ bisa terbuka. Namun nyatanya tidak ada yang setelah mati kembali keduna dan bercerita pengaalamannya. Kecuali ada informasi dari kitab suci, tentang orang yang dimatikan tapi serasa seperti tidur, sebagaimana kisah Ashabul Kahfi.
Jika seseorang mempercayai suatu agama, ia akan meyakini bahwa setelah kehidupan saat ini ada kehidupan lain nanti. Maka bagi yang percaya akan selalu mengingat bagaimana ia mempersiapkan diri untuk mati. Bagi seorang ateis mungkin sulit bagaimana membayangkan kehidupan nanti. Sebab ia tidak memiliki tentang konsep kehidupan nanti setelah mati. Bagi mereka kehidupan hanya saat ini saja, di dunia.
Bagi manusia beragama dunia ini adalah semacam ladang untuk berbuat kebaikan. Ia akan memetik hasilnya di kehidupan lain nanti.
Dalam Islam kehidupan saat ini disebut alam ‘dunia’ dan alam nanti disebut alam ‘akhirat’. Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban manusia ketika ia hidup di dunia. Apa yang telah ia perbuat? Jika perbuatannya sesuai dengan aturan-Nya maka ia akan diterima dengan baik di sisi-Nya, namun jika sesat, menyeleweng atau ingkar ia akan menerima hukuman atau balasan sesuai apa yang telah diperbuatnya di dunia. Tuhan Maha Adil dan Pengasih-Penyayang (Ar-rahman-Ar-rahiim). Ketika seorang Muslim tidak menerima keadilan di dunia, maka ia akan diperlakukan adil nanti oleh Yang Maha Adil. Itulah harapan seorang Muslim, seperti tertera dalam kitabnya, Al-Qur’an. Innallaha ya murukum bil’adli wal ihsan…(Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu untuk berbuat adil dan baik). Ia memerintahkan berbuat adil dan baik sebab Ia sendiri Yang Maha Adil.
Kehidupan di dunia sebenarnya hanya singkat atau sementara, jika dibandingkan dengan waktu akhirat. Namun, manusia banyak yang lalai dan tergoda dengan kehidupan dunia yang sementara ini. Al-Qur’an telah menginformasikan dan membuat perbandingannya.
Tentang kehidupan nanti (akhirat) bagi Muslim mendapatkan informasi dari kitabnya Al-Qur’an dan penjelasan dari Hadits. Sebab alam akhirat itu termasuk hal ghaib. Terutama melalui penjelasan para ahli tafsir dan Ulama, seperti Ibnu Katsir, Muhammad Abduh, Syekh Mutawali Sy’arawi, Syekh Ali Jum’ah dan dari mufassir Indonesia Hamka, Hasyby Assidiqi, A Hassan, Mahmud Yunus dan Qurais Syihab dan sebagainya.
وَاللّٰهُ اَنْۢبَتَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ نَبَاتًاۙ ثُمَّ يُعِيْدُكُمْ فِيْهَا وَيُخْرِجُكُمْ اِخْرَاجًا
“Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah, tumbuh (berangsur-angsur). Kemudian Dia akan mengembalikan kamu ke dalamnya (tanah) dan mengeluarkan kamu (pada hari Kiamat) dengan pasti.” (QS Nuh 71: 17-18)
“ And Allah has caused you to grow from the earth a [progressive] growth. Then He will return you into it and extract you [another] extraction.” (QS 71: 17-18)
Waallahu ‘alam.
Cibinong, 2011
terimakasih telah berkunjung ke pos ini